Serunya Perjalanan Ke Myanmar

Myanmar, atau yang dikenal juga dengan nama Burma memang bukan satu negara tujuan wisata yang mainstream ya. Mungkin masih banyak traveler dari Indonesia yang ragu-ragu untuk mengunjungi negara ini, dan akhirnya memilih destinasi lainnya, negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Filipina atau Vietnam. Sama sih seperti aku yang akhirnya baru sempat main-main ke negara ini di awal tahun 2019. Mau tau apa aja? Baca dulu yuk, supaya ngga terkaget-kaget kalo nanti sampe di Myanmar.

Makan sirih juga jadi budaya lho di Myanmar. Ngga heran kalo di jalan-jalan banyak sekali orang jual sirih. Kalo di Indonesia budaya nyirih umumnya di kalangan orang tua, ternyata di negara ini anak-anak muda juga nyirih. Kata seorang teman, ngunyah sirih emang jadi semacam pengganti rokok disini.

Kami berangkat  ber-ampat tanpa ada persiapan yang matang, bahkan pesan hotel pun buru-buru (1 hari sebelum berangkat). Saya berpikir mengikuti model back packer yang ekonimis dan bisa ramai-ramai berkumpul bersama.

Sarung! Begitu mendarat di bandara internasional Yangon aku surprised juga lihat banyak sekali yang pakai sarung (disebut longyi). Bahkan hampir semua driver Grab di kota ini juga sarungan. Mungkin karena udara Myanmar yang panas, bisa sekitar 40-an derajat Celcius kalo musim panas kayanya nyaman juga pake sarung.

Menu makanan yang hampir ada di tiap resto atau kafe dan wajib coba adalah Tea Leaf Salad (Laphet Thohk) atau salad daun teh, berupa sayuran segar yang dipadu dengan daun teh yang sudah difermentasikan. Rasanya sama sekali ngga kaya teh sih. Malah rasa kacang kedelai yang disangrai lebih dominan, plus biasanya pake bawang putih, tomat dan irisan cabe. Segar, cobain deh.

Satu lagi menu yang boleh dibilang makanan nasional Myanmar adalah Mohinga, semacam sup ikan yang kuahnya agak kental seperti soto. Sup dari kaldu ikan ini berisi daging ikan, bihun, sayuran, kacang dan batang pohon pisang. Mohinga bisa ditemukan sebagai menu sarapan andalan di berbagai restoran kelas atas sampai kedai kaki lima.

Mau tampil ala penduduk lokal sekaligus menghalau panasnya sinar matahari Myanmar? Pake Thanaka deh, bedak yang terbuat dari kulit pohon Shwebo Thanaka dan Shinmadaung Thanaka ini ditumbuk sampai halus jadi bubuk dan nanti diaplikasikan ke wajah jadi semacam bedak dingin. Tradisi pake Thanaka ini udah turun temurun dari sekitar 2000 tahun lalu lho, warisan nenek moyang. Kalo mau ikutan pake, sekarang bentuknya dibuat kreatif jadi ada yang bentuk daun atau bunga.

Alhasil selama dalam perjalanan di Myanmar kita semua happy dan banyak sekali mendapatkan karya foto-foto yang menarik dan cantik, khususnya ketika kita visit di perkampungan nelayan (Inle Lake). Pokok nya seru deh…..jangan pergi dengan perencanaan yang matang, bikin ga seru !!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *