Saya Mengambil hikmah dari pelajaran “7 Habbits of Highly Effective People” karya Stephen R. Covey
Saat itu saya belajar tahun 1995 dimana saya sedang bekerja di PT McDermott Indonesia (Batuampar – Batam), kebetulan saya dan teman saya dapet jatah belajar dan dikirim di salah satu Management Development Institute di Singapore untuk mengampil paket seri Management dari Stepehen R. Covey, yaitu 7 Habits. Setiap hari Jum’at saya ke Singapore dari Batam Centre menggunakan kapal Ferry Batam, dan bermalam semalam (selama 3 bulan)
Beberapa tahun belakangan ini setelah saya banyak kegiatan social dan kebetulan saya sebagai RT (masa bakti 2018 – awal 2021) di perumahan saya tinggal, sangat merasakan betapa bermanfaatnya pelajaran manajemen 7 Habits. Hampir setiap saat saya dealing with people (warga) dengan aneka latar belakang, pendidikan, agama yg berbeda. Hal ini menjadikan saya merasa lebih memiliki kematangan tersendiri dalam menyikapi dan bertidak atas perbedaan (kemajemukan) atau keaneka ragaman dalam kehidupan sehari-hari. (baca juga pengalaman sebagai RT)
Awal tahun 2021, saya mulai menjabat sebagai RW 012 di Perumahan Cluster Ultima sampai masa bakti 2023. Tentu tidak sedikit yang harus saya emban selama 3 tahun kedepan. Baik membantu lintas RT juga hubungan antar RW, Kelurahan dan Kecamatan. Sudah pasti kompleksitas pun semakin meningkat. Tetapi jangan salah, di balik itu semua ada segudang ilmu dan saatnya membangun silahturahmi lebih luas.
Jadi…..siapa yang tidak mengenal dengan Stephen R. Covey ? Dia lah penulis buku pengembangan diri yang fenomenal di seluruh dunia, yang berjudul “7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif” . Dalam karyanya tersebut seakan dia mampu menghipnotis saya dan menjadikan tujuh kebiasaan manusia yang harus dan mau tidak mau wajib melekat di dalam diri saya, yaitu sebagai berikut :
1. Proaktif (Be Proactive: Principles of Personal Choice)
Sobat pembaca, proaktif dikatakan sebagai kemampuan memilih respons sesuai dengan nilai-nilai yang di anut. Artinya kita memiliki lawan makna reaktif, yaitu respons yang didasarkan pada perasaan, keadaan, atau suasana hati. Sikap proaktif ini akan memacu kita atau seseorang untuk melakukan sesuatu berdasarkan LOGIKA. Dan ini akan memudahkan kita dalam mengambil keputusan, karena berdasarkan pada kenyataan yang ada (nyata). Berargumen berdasarkan apa yang dilihat dan melakukan tindakan diatas kesadaran sendiri, bukan karena pengaruh orang lain.
Tetapi adakalanya jika kita perlu menggunakan perasaan dalam mengambil keputusan, jika memang kondisi dibutuhkan. Posisinya harus lebih dekat dari LOGIKA. Jika lebih banyak dengan perasaan, akan memperlambat munculnya tindakan sehingga kita menjadi orang yang lelet dalam berpikir.
Saran saya, aktiflah dalam memanfaatkan setiap dan segala peluang. Jangan malas, jangan pula kebanyakan ragu-ragu. Jika ada sesuatu hal yang datang kepada diri kita, segeralah ditinjau lebih lanjut apakah itu sesuatu hal yang lebih baik atau buruk dan perlu kita hindari. Atau bisa jadi hal yang memiliki manfaat ataukah yang bersifat sia-sia.
Jadi biasakanlah kita memiliki sikap proaktif. Karena akan merasakan betapa berharganya waktu. Dan kita akan lebih cepat melejit dan akan selalu haus akan hal-hal baru yang menghidupkan jiwa, sehingga kita akan selalu berusaha mencari air-air penghilang dahaga sampai kita puas meneguknya.
Perlu diingat, Orang yang proaktif biasanya sangat mengenali yang namanya rasa tanggung jawab. Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi atau pengkondisian untuk perilaku orang lain.
2. Memulai dengan tujuan akhir (Begin with the End in Mind: Principles of Personal Vision)
Atau kalau istilah keren nya “You create your own destiny. You design your own history.” Sebenarnya ini kaitannya dengan Visi dan Misi yang sudah ditanamkan sebelumnya. Visi adalah kata lain dari tujuan akhir dari kehidupan kita. Seandainya kita sudah terbiasa membuat tujuan, maka hidup ini akan jauh lebih berharga. Membiasakan dimulai dengan memikirkan tujuan akhir, lalu mulai bertahap mundur pelan-pelan untuk menuliskan langkah-langkahnya, lalu mundur lagi, memikirkan persiapan-persiapan yang sekarang haru di lakukan.
Pada intinya, kita akan memilah-milah langkah yang akan ditempuh, apakah langkah tersebut akan membantu kita mencapai tujuan atau tidak. Jika tidak, sebaiknya tinggalkan dan cari langkah atau perbuatan yang lebih efektif untuk mencapai tujuan. Intinya dengan menentukan tujuan di awal itu akan meminimalisasi langkah yang tidak perlu untuk mencapai tujuan.
3. Mendahulukan yang utama (Put First Things First: Principles of Integrity & Execution)
First things first, begitu Steven Covey mengatakan. Yaitu menjadwalkan dan mendahulukan pekerjaan-pekerjaan yang penting atas pekerjaan yang dianggap kurang penting. Dalam hal ini, kita harus bisa membagi waktu menjadi 4 kuadran
- Hal penting dan bersifat mendesak
- Hal penting dan tidak mendesak
- Hal yang mendesak tetapi tidak penting
- Hal yang tidak mendesak dan tidak penting
Sebagai contoh : didalam kegiatan/tugas social seperti seorang RT/RW sering sekali mengalami case terkait 4 kuadran tersebut, dan disini seninya seorang pengurus warga. Perhatikan desakan warga dan cermati agar bisa memaskan dalam 4 kuadran tersebut. Ketidak puasan warga dengan aneka kalimat yg mungkin kurang enak, tidak perlu disikapi dengan cara-cara emosional, karena biar bagaimana juga mereka saudara kita dan sudah pasti tidak ada pemimpin yang mampu memberikan kesenangan semua warga.
4. Berpikir menang-menang (Think Win/Win: Principles of Mutual Benefit)
Nah…..poin ini yang menarik buat saya, sebab ini kaitannya dengan hidup bersosial lebih erat. Kita tidak mungkin hidup sendiri, kita pasti membutuhkan orang lain. Mengingat kepastian ini, cobalah untuk saling memberikan manfaat satu sama lain, baik saya, anda dan kita harus sama-sama menang dan saling di untungkan.
Janganlah menjadi pribadi yang tidak tahu balas budi dan janganlah menjadi orang yang mudah melupakan kebaikan orang lain. Dan jangan pula mudah sakit hati karena satu hal yang belum tentu kebenarannya padahal orang lain telah banyak berjasa pada Anda/Kita.
5. Berusaha mengerti terlebih dahulu (Seek First to Understand, Then to be Understood: Principles of Mutual Understanding)
Kebiasaan berikutnya yang sangat perlu kita sama-sama tanamkan adalah mencoba mengerti orang lain terlebih dahulu, sebelum ingin di mengerti oleh orang lain. Berusahalah untuk memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain, tidak hanya dari sisi kita saja. Hal ini perlu dilakukan agar Ego diri jangan sampai terus merajai hati (bisa bubar). Bersungguh-sungguh lah dalam memahami perasaan orang lain, dengan kata lain kita harus memiliki empati.
Lalu apa manfaat jika kita memiliki kemampuan berempati memberikan beberapa manfaat menurut versi saya, antara lain:
- Menghilangkan sikap egois
- Menghilangkan kesombongan
- Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri
- Menambah kesabaran dalam bersikap
Note : Benturan-benturan dalam kegiatan social apa saja dan dimana saja bisa terjadi hanya karena faktor tidak memiliki empati.
6. Mewujudkan Sinergi (Synergize: Principles of Creative Cooperation)
Intinya, pandai-pandailah mengumpulkan kekuatan yang kita punya dengan kekuatan orang lain. Kepandaian bersinergi akan menjadikan kita sosok baru yang lebih beruntung. Kita/Anda mendapatkan keuntungan lebih, pihak lain pun ikut bahagia dan menikmati hasil sinergi yang ada.
Saran saya, untuk memiliki kebiasaan membangun sinergi didasarkan pada pemahaman bahwa sangat penting untuk bekerja bersama tim dari berbagai latar belakang secara harmonis. Latar belakang berbeda akan memberikan ide-ide yang lebih beragam yang akan membuka jalan bagi solusi yang lebih kreatif dan menguntungkan.
7. Mengasah Gergaji (Sharpen the Saw: Principles of Balanced Self-Renewal)
Manusia tidak selamanya power full. Manusia tidak selamanya berada dalam kondisi yang beruntung dan memiliki kiat-kiat jitu dalam kehidupannya. Maka, ada saatnya kita harus intropeksi diri, ada saatnya kita harus melakukan evaluasi diri kita sendiri atas kerja-kerja yang kita lakukan. Apa yang kurang dan apa yang menjadi titik kelemahan, harus di carikan jalan keluarnya (solusi) dan jangan diamkan terus.
Masa evaluasi inilah menjadi masa untuk mengasah kembali kemampuan diri. Jangan menjadikan pribadi yang sombong dengan mengatakan bahwa periode evaluasi tidaklah penting.
Kebiasaan ini akan membantu meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kita. Stephen Covey menggambarkan kebiasaan ini dengan ilustrasi seseorang yang sedang menggergaji sebatang pohon besar. Berjam-jam ia menggergaji, tanpa ada kemajuan yang berarti. Tapi ia terus saja menggergaji, tanpa berhenti, tanpa hasil, dan tanpa menyadari bahwa gergajinya telah tumpul. Jika saja ia mengambil waktu untuk mengasah gergajinya, tentunya ia akan lebih mudah dan cepat menebang pohon yang sedang ia gergaji. Mengasah gergaji adalah tentang liburan, melakukan hal-hal menyenangkan, mengerjakan hobi, dan semua hal yang membantu kita mendapatkan kesegaran dan semangat baru dalam melakukan pekerjaan rutin kita.
Kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan oleh 7 Habits tersebut menurut saya sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan dan keseharian, dan akan membantu kita semua mensukseskan karir. Kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk karakter baik yang tentunya akan menarik hasil yang baik.
Salam saya, semoga bacaan ringan untuk mengisi ruang santai ini bisa bermanfaat.